Minggu, 31 Mei 2009

Elf Pangalengan VS KRD Priangan Kelas Ekonomi Bagikan

Sore itu pukul 16.00, aku bergegas pulang ke Pangalengan karena sesuatu hal yang urgen. Gemercik hujan di senja yang manis itu mengiringi langkah kaki setengah lelah. Dari Jalan Setiabudi aku naik angkot Kelapa- Ledeng dan turun di Jalan Ciateul ( Inggit Ganarsih) lalu berjalan menyusuri jalan tersebut sampai Tegalega, tempat dimana Elf ( mikro mini) arah Pangalengan mangkal. Niat naik Elf pun urung karena ternyata ada Bus yang berhenti dan menawari naik, tanpa pikir panjang lagi langsung saja aku naik karena mengingat waktu yang hampir menjelang maghrib. Aku duduk di depan, dan 5 menit kemudian….Drrdddrdrdrdrdr Hanphone ku bergetar, ku baca “ My Sweet Mum call”,
“ Ya Hallo Assalamualakum…” jawabku.
“ Waalaikumsalam, nuju dimana teh “ ?. Tanya Mama.
“ Hmm…bade uih mah naek bus…”. Jawabku.
“ ah…naek bus? ….ulah-ulah…turun…sok diturunkeun di tengah jalan…hariwang “ ! . Perintahnya.

Beberapa menit aku berbincang, Mama menutup pembicaraan dengan menyuruku turun untuk ke sekian kali….Ffffgh…sungguh kekhawatiran yang berlebihan pikirku tapi ya sudahlah, aku nurut saja.
Aku pun turun tepat di depan PT . INTI Bandung hendak mencegat elf yang datang, setengah jam pun berlalu elf yang dinanti tak kunjung datang jua dan bus pun nyaris tak keliatan. Hmm….jam pun menunjukan tepat pukul 6 sore…oh Damn…. Jam segini masih di Bandung!!!
Ya udah deh naik angkot Banjaran kalaupun nati kemalamn di jalan aku menginap saja di rumah saudara di Banjaran. Tapi tak disangka akhirnya aku menemukan elf, ya…YihaHa…..Thats My Hero!! Kuda pacuanku menuju Pangalengan tercinta ( Heuheu…berlebihan…).

Turun dari Angkot Banjaran berpindah ke Elf, Wow…penuh sey tapi beruntunglah masih ada tempat kosong di belakang dekat jendela. Aku mulai duduk mempersiapkan diri mengikuti mobil merayap pergi. Ku amati orang-orang di depanku dan di sekeliling, orang –orang berbaju norak, wanita-wanita bermake up tebal 5 cm, aroma parfum yang menusuk hidung, bau minyak bak rongsokan hanyut, dan…Oh…Tidak!!!! Penuh…penuh…sekali berjejal rupanya si Mamang Kondektur terus saja menaikan penumpang baru. Dia pikir kita ini apa? Sungguh tak manusiawi. Rapat…rapat …sekali jarak antar penumpang ha…pasti karena kejar setoran ya mang, ya sudahlah…emang sudah jadi kebiasaan.
Si Mamang Sopir menjalankan mobil bak kesetanan, serong kanan- serong kiri, sudah dia lakukan dengan mahir, sesekali aku dan penumpang lain tersungkur ke depan mengikuti hokum Fisika II tentang Kelembaman, rupanya si mamang tak ragu menginjak rem mendadak.

Menit demi menit menjelang malam ., AG ( angin Gelebug) mulai terasa dingin mengibas-ngibas jilbabku. Panderitaan jenis baru ambil bagian : Wanita bermake tebal tadi mulai muntah-muntah karena alunan mobil mengocok perut mereka. Bau muntah, bau berbagai jenis balsam, minyak cap nyongyong dan
ramuan tolak angin membuat ruang panjang elf menjadi ruang uji mental dan lengkaplah sudah dengan asap rokok yang mengepul dari seorang pemuda tanggung yang necis duduk di sampingku.
Kupikir inilah puncak derita perjalanan ini, karena U Kow What??? Akhirnya wanita itu berhasil menghipnotisku untuk mengeluarkan muntahan…ya…aku muntah, persis muntahan ku itu mendarat di sepatu necis si pemuda tanggung itu…Oups Maaf…^_^

Tips naik elf : Jangan memperhatikan orang yang sedang muntah karena akan menyebabkan sugesti.

KRD Priangan Kelas Ekonomi Jurusan Purwakarta

Sabtu pagi buta aku dan ketiga temanku berangkat menuju station kerta api di Ciroyom, ya kami hendak melancong ke Cikampek, dan kami mencoba naik kereta api kelas ekonomi dengan tujuan ngirit dan nyobain jadi backpacker, cukup dengan mengeluarkan uang Rp.2000 saja kita bisa sampai ke kota tujuan kami ya lumayanlah dibandingkan dengan naik bus Rp. 13.000. Ini kali kedua aku naik kereta yang pertama kira-kira 3 bulan yang lalu itu pun jaraknya gak jauh dari Bandung masih di Cileunyi. Makanya tak sabar rasanya naik …Kami berempat sangat berhati-hati sekali dengan tas kami karena maklum lah rawan sekali copet.

Kami berempat dan 2 bapak tua duduk di kursi yang sama saling berhadapan sesuai dengan bentuk kursi. Sekilas kalau kita memperhatikan laju kereta dari luar pasti yang terlihat itu kereta bergerak dengan cepat beda sekali dengan yang kurasakan kali ini, kereta berjalan lamban, hampir 15 menit sekali kereta berhenti di station yang berbeda. Hmmmm…tak disangka kepalaku berputar. Air liurku asin menahan mual. Pusing…pusing…sekali udara panas yang menyengat itulah rupanya yang jadi tantangan terbesarku…ya maklum biasa di gunung.

Belasan pedagang asongan silih berganti mendatangi kami, sejumlah hilir mudik tak jelas tujuannya …apa mungkin merek pencopet ya…? Sejumlah musisi jalanan berdendang bergantian, tak lama kemudian sayup-sayup suara datang mendekat , kata-katanya santun sekali menyejukan jiwa…cukup menyegarkan qalbu yang lumayan gersang, ya rupanya ada orang yang berdakwah di atas kereta ini tapi coba tebak apa yang terjadi ya….ujung-ujungnya duit!. Sungguh kreatif orang Zaman sekarang ini modus dakwah pun dipakai untuk mencari recehan rupiah. Huaa…gerah sungguh luar biasa dalam sekejap mereka menciptakan pasar berjalan. Ramai…Ramai…. Sekali.

Bosan melihat pemandangan di luar , aku alihkan pandangan tepat ke wajah Bapak tua yang tertidur pulas, kulihat guratan dalam di keningnya cukup menegaskan kalu hidupnya begitu keras, tak lepas dari situ pemandangan aliran sungai dadakan menates dari mulut Bapak tua, terlihat jelas aliran itu tun naik hehehe di atas baju temanku yang dijadikan sandaran olehnya. Temanku tak berani membangunkannya, kasihan ujarnya.

Saat Kami menjaga bapak tua gar tak bangun, kemudian distorsi musik aneh terdengar, rupanya berasal dari dua wanita yang mengalungkan sound sederhana dan datang dari dua arah gerbong yang berlawanan, oouw…ternyata mereka tanpa disengaja bertemu di gerbong yang sama. Mereka mengeluarkan suara terdahsyatnya seolah tak mau mengalah dan tak mu peduli akan kami sebagai pendengarnya.
Yang satu nyanyi : Belah Duren dari JuPe
Yang satu nyanyi : Kenanglah diriku dari Ridho Irama.
Cukup Sudah !!

Entah berapa kali kereta berhenti yang ku iingat hanya beberapa stasion saja : andir-Gadobangkong-Padalar
ang-Ciganea-Cikadongdong dan yang lainnya aku tak ingat tak terlalu memperhatikan hingga akhirnya berhenti di Purwakarta, ah akhirnya selesai juga perjalanan ini.

TIPS ke2 : Jangan belaga jadi Backpacker kalau belaum siap mental.

Dua perjalanan yang menyenangkan sekaligus menggerahkan , tapi ada satu pelajaran yang dapat dipetik , dua kendaraan tadi cukup menggambarkan kondisi transportasi di Negara ini, kapan ya kita bisa nyaman seperti di luar negeri?